Laman

Kamis, 14 Februari 2013

Sang Lelaki Bijaksana


Pada saat masa-masa dimana anak-anak kecil senang bermain dengan teman sebayanya. Anak kecil itu pun melakukan hal yang sama, bermain tanpa menghiraukan waktu yang telah ia habiskan dengan teman-temannya. Namun, pada waktu sore hari mereka semua kembali ke rumah mereka masing-masing. Keluarga anak kecil itu tinggal berdekatan dengan saudara-saudaranya, karena memang anak kecil itu memang keturunan dari ayah yang berdarah betawi.
          Anak itu dilahirkan dari kedua orang tua yang memang mempunyai dasar mendidik. Anak kecil itu dididik dengan disiplin, tegas, dan tanggung jawab. Lelaki yang tegas, disiplin, dan bertanggung jawab itulah yang mengajarkan anak kecil itu menjadi disiplin, tegas, dan bertanggung jawab. Anak kecil itu sering sekali melihat sang kakak dididik dengan disiplin, tegas, dan penuh tanggung jawab, sehingga anak kecil itu pun sering belajar dari apa yang lelaki itu ajarkan kepada kakaknya. Sehingga sekarang kakak dari anak kecil itu pun telah bekerja di luar pulau. Merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang begitu saling menyayangi.
          Lelaki itu selalu menasihati anak kecil itu disela-sela kesibukannya. Lelaki itu selalu menyemangati, mendisiplinkan, dan meminta tanggung jawab kepada anak kecil itu dengan tugas-tugas yang diberikan kepadanya pada masanya itu untuk belajar tanggung jawab. Sejak kecil anak itu selalu ditanamkan sikap disiplin.
Dan anak kecil itu pun tumbuh menjadi seorang remaja putri nan cantik yang mesti dijaga dan dibimbing. Remaja putri itu pun mulai tak betah untuk tinggal di rumah dan lebih memilih berlama-lama di sekolah untuk menikmati masa-masa remajanya. Dan remaja putri itu pun mulai mengenal yang namanya Cinta. Remaja putri itu mulai tertarik dengan lawan jenis, yang mungkin bisa disebut dengan cinta monyet. Lelaki itu pun mulai sedikit khawatir dengan apa yang dilakukan oleh anak remaja putrinya itu. Remaja putrinya itu sangat aktif berorganisasi seperti Lelaki itu. Remaja putri itu menghabiskan waktu disela-sela jadwal kosong di sekolah dengan berorganisasi untuk melatih kedisiplinannya. Namun, lelaki itu khawatir dengan keadaan anak remaja nya itu dan sering menelpon apabila anak remaja putrinya itu belum pulang menjelang maghrib.
Kenakalan remaja mungkin dialami pada masa itu, anak remaja putri lelaki itu pun terkadang pulang lewat maghrib karena keesokan harinya ia harus mengikuti lomba Paskibra sehingga pulang lewat waktu maghrib. Dan remaja itu pun berusaha meyakinkan sang lelaki itu agar memakluminya. Namun, dengan sikap disiplin dan tegasnya itu lah lelaki itu dengan bijaksana menasihati sang anak. Sang anak remaja itu pun terkadang merasa memberontak tanpa ia sadari. Namun remaja itu tetap menghormati dan menaati apa yang dinasihati oleh lelaki itu. Terkadang remaja putri yang masih labil itu menggerutu di belakang dan tidak memikirkan dampaknya.
Seiring waktu berlalu, remaja itu pun menjadi gadis yang harus lebih dijaga ketat lagi oleh lelaki itu. Dan akhirnya untuk membekali gadis itu dengan kemampuan agama yang baik, lelaki itu pun menyekolahkan gadis itu ke sekolah islam di daerahnya. Gadis itu akhirnya menerima walau tidak sesuai dengan keinginannya pada awalnya. Namun, gadis yang beranjak dewasa itu memikirkan kembali dan mengambil hikmah dari apa yang dipilihkan oleh lelaki itu. Tetap dengan penjagaan ketat dan nasehat-nasehat yang sangat mengena ke dalam hati selalu terlontar dari mulut lelaki itu. Gadis itu pun masih tetap melanjutkan kegemarannya untuk berorganisasi. Hingga pada suatu saat nilai-nilai gadis itu menurun, sehingga dengan bijaksana lelaki itu tak bosan-bosannya menasihati gadis itu agar tidak mengesampingkan akademik dibanding kegiatan organisasi. Sungguh bijaksananya lelaki itu. Ia tidak memarahi gadis itu yang nilainya menurun, malah lelaki itu menyemangati gadis itu agar bisa lebih baik lagi.
Waktu pun terus berjalan, sehingga sampai lah dengan penentuan masa depan akademik sang gadis. Sang gadis ingin sekali menjadi seorang bidan atau perawat, namun dengan berbagai pertimbangan, lelaki itu menasihati gadisnya itu untuk mengikuti jejak kedua orang tuanya sebagai pendidik. Tetap dengan kebijaksanaan lelaki itu, lelaki itu menyerahkan seluruh keputusan kepada sang gadis. Dan akhirnya sang gadis penurut itu menuruti kemauan lelaki itu, dengan tetap memilih pendidikan biologi dan memilih pendidikan guru sekolah dasar pada pilihan terakhir. Dan lelaki itu pun membebaskan gadis itu untuk memilih perguruan tinggi yang akan dipilihnya. Dengan pertimbangan matang dan dengan izin kedua orang tua, akhirnya gadis itu pun mendaftarkan diri untuk mejadi calon mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di luar kota.
Dan memang sesuai dengan firasat gadis itu, gadis itu pun justru lolos pada pilihan yang terakhir dan dapat melanjutkan perjuangan kedua orang tuanya itu. Sedih bercampur gembira terasa pada saat itu. Namun, itulah takdir dan itulah yang terbaik untuk gadis itu. Dan akhirnya gadis itu pun harus berpisah jauh dengan kedua orang tua dan saudara-saudaranya di kampung halaman.
Waktu berpisah pun tiba, masa-masa itu pun sangat berat dirasakan oleh gadis itu. Karena gadis itu baru pertama kalinya jauh dari orang tua sendiri. Sebenarnya ini adalah keinginan gadis itu untuk mencoba mandiri, dan jauh dari orang tua. Pesan-pesan dan nasehat terucap dari wajah wanita yang melahirkan gadis itu dan lelaki bijaksana itu. Perpisahan demi masa depan dan demi mencapai asa pun terjadi. Gadis itu pun berusaha tegar dan mencoba mandiri di tengah ketidaktahuan dan ke-asingan di daerah yang sangat baru baginya. Cuaca yang berbeda jauh dari kampung halamannya, makanan yang sedikit berbeda, tak ada lagi manja dan perhatian dari mereka disaat gadis itu membutuhkannya, tak ada lagi canda tawa dan kehangatan ketika gadis itu lelah dan memerlukannya disela-sela kesibukan kuliahnya.
Kini gadis itu telah beranjak dewasa dan harus membaggakan kedua orang tuanya, gadis itu harus menjadi orang yang dewasa dan berguna bagi orang tua, agama, bangsa dan negara. Serta selalu bersikap disiplin, tegas, dan bertanggung jawab sesuai dengan yang ditanamkan lelaki itu dari sejak gadis itu masih kecil.
Kini gadis itu sangat menyadari bagaimana sangat sepi nya hidup ini tanpa nasihat-nasihat dari lelaki itu. Apabila gadis itu pulang ke kampung halaman, pasti gadis itu selalu mendapatkan lagi nasihat dari kedua orang tuanya. Namun, jika jauh dari kedua orang tuanya, gadis itu selalu mengingat pesan-pesan serta nasihat dari kedua orang tuanya itu.
“Dibalik kesulitan itu pasti ada kemudahan”
“Semua itu butuh proses, tak ada yang instan di dunia ini”
“Tetap semangat menjalani hidup ini karena Allah dan orang-orang yang kita cintai”
“Apa yang didapatkan kita sekarang ini adalah yang terbaik untuk KITA menurut Allah, maka Syukurilah karena ini adalah jalan terbaik untuk menuju kesuksesan”
“SEMANGAT dan Selalu TERSENYUM!  (Keep Smile and Keep Hammasah! ) J

Tulisan ini adalah persembahanku untuk Lelaki nan Bijaksana Ayahku (Drs. Samsuri, M.Si)

-       Iis Aisyaturrodiyah -