Pada saat masa-masa dimana
anak-anak kecil senang bermain dengan teman sebayanya. Anak kecil itu pun
melakukan hal yang sama, bermain tanpa menghiraukan waktu yang telah ia
habiskan dengan teman-temannya. Namun, pada waktu sore hari mereka semua
kembali ke rumah mereka masing-masing. Keluarga anak kecil itu tinggal
berdekatan dengan saudara-saudaranya, karena memang anak kecil itu memang
keturunan dari ayah yang berdarah betawi.
Anak itu dilahirkan dari kedua orang tua yang memang
mempunyai dasar mendidik. Anak kecil itu dididik dengan disiplin, tegas, dan
tanggung jawab. Lelaki yang tegas, disiplin, dan bertanggung jawab itulah yang
mengajarkan anak kecil itu menjadi disiplin, tegas, dan bertanggung jawab. Anak
kecil itu sering sekali melihat sang kakak dididik dengan disiplin, tegas, dan
penuh tanggung jawab, sehingga anak kecil itu pun sering belajar dari apa yang
lelaki itu ajarkan kepada kakaknya. Sehingga sekarang kakak dari anak kecil itu
pun telah bekerja di luar pulau. Merasa sangat beruntung memiliki keluarga yang
begitu saling menyayangi.
Lelaki itu selalu menasihati anak kecil itu disela-sela
kesibukannya. Lelaki itu selalu menyemangati, mendisiplinkan, dan meminta
tanggung jawab kepada anak kecil itu dengan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya pada masanya itu untuk belajar tanggung jawab. Sejak kecil anak itu
selalu ditanamkan sikap disiplin.
Dan
anak kecil itu pun tumbuh menjadi seorang remaja putri nan cantik yang mesti
dijaga dan dibimbing. Remaja putri itu pun mulai tak betah untuk tinggal di
rumah dan lebih memilih berlama-lama di sekolah untuk menikmati masa-masa
remajanya. Dan remaja putri itu pun mulai mengenal yang namanya Cinta. Remaja
putri itu mulai tertarik dengan lawan jenis, yang mungkin bisa disebut dengan
cinta monyet. Lelaki itu pun mulai sedikit khawatir dengan apa yang dilakukan
oleh anak remaja putrinya itu. Remaja putrinya itu sangat aktif berorganisasi
seperti Lelaki itu. Remaja putri itu menghabiskan waktu disela-sela jadwal
kosong di sekolah dengan berorganisasi untuk melatih kedisiplinannya. Namun,
lelaki itu khawatir dengan keadaan anak remaja nya itu dan sering menelpon
apabila anak remaja putrinya itu belum pulang menjelang maghrib.
Kenakalan
remaja mungkin dialami pada masa itu, anak remaja putri lelaki itu pun terkadang
pulang lewat maghrib karena keesokan harinya ia harus mengikuti lomba Paskibra
sehingga pulang lewat waktu maghrib. Dan remaja itu pun berusaha meyakinkan
sang lelaki itu agar memakluminya. Namun, dengan sikap disiplin dan tegasnya
itu lah lelaki itu dengan bijaksana menasihati sang anak. Sang anak remaja itu
pun terkadang merasa memberontak tanpa ia sadari. Namun remaja itu tetap
menghormati dan menaati apa yang dinasihati oleh lelaki itu. Terkadang remaja
putri yang masih labil itu menggerutu di belakang dan tidak memikirkan
dampaknya.
Seiring
waktu berlalu, remaja itu pun menjadi gadis yang harus lebih dijaga ketat lagi
oleh lelaki itu. Dan akhirnya untuk membekali gadis itu dengan kemampuan agama
yang baik, lelaki itu pun menyekolahkan gadis itu ke sekolah islam di
daerahnya. Gadis itu akhirnya menerima walau tidak sesuai dengan keinginannya
pada awalnya. Namun, gadis yang beranjak dewasa itu memikirkan kembali dan
mengambil hikmah dari apa yang dipilihkan oleh lelaki itu. Tetap dengan
penjagaan ketat dan nasehat-nasehat yang sangat mengena ke dalam hati selalu
terlontar dari mulut lelaki itu. Gadis itu pun masih tetap melanjutkan
kegemarannya untuk berorganisasi. Hingga pada suatu saat nilai-nilai gadis itu
menurun, sehingga dengan bijaksana lelaki itu tak bosan-bosannya menasihati
gadis itu agar tidak mengesampingkan akademik dibanding kegiatan organisasi.
Sungguh bijaksananya lelaki itu. Ia tidak memarahi gadis itu yang nilainya
menurun, malah lelaki itu menyemangati gadis itu agar bisa lebih baik lagi.
Waktu
pun terus berjalan, sehingga sampai lah dengan penentuan masa depan akademik
sang gadis. Sang gadis ingin sekali menjadi seorang bidan atau perawat, namun
dengan berbagai pertimbangan, lelaki itu menasihati gadisnya itu untuk
mengikuti jejak kedua orang tuanya sebagai pendidik. Tetap dengan kebijaksanaan
lelaki itu, lelaki itu menyerahkan seluruh keputusan kepada sang gadis. Dan
akhirnya sang gadis penurut itu menuruti kemauan lelaki itu, dengan tetap
memilih pendidikan biologi dan memilih pendidikan guru sekolah dasar pada
pilihan terakhir. Dan lelaki itu pun membebaskan gadis itu untuk memilih
perguruan tinggi yang akan dipilihnya. Dengan pertimbangan matang dan dengan
izin kedua orang tua, akhirnya gadis itu pun mendaftarkan diri untuk mejadi
calon mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di luar kota.
Dan
memang sesuai dengan firasat gadis itu, gadis itu pun justru lolos pada pilihan
yang terakhir dan dapat melanjutkan perjuangan kedua orang tuanya itu. Sedih
bercampur gembira terasa pada saat itu. Namun, itulah takdir dan itulah yang
terbaik untuk gadis itu. Dan akhirnya gadis itu pun harus berpisah jauh dengan
kedua orang tua dan saudara-saudaranya di kampung halaman.
Waktu
berpisah pun tiba, masa-masa itu pun sangat berat dirasakan oleh gadis itu.
Karena gadis itu baru pertama kalinya jauh dari orang tua sendiri. Sebenarnya
ini adalah keinginan gadis itu untuk mencoba mandiri, dan jauh dari orang tua.
Pesan-pesan dan nasehat terucap dari wajah wanita yang melahirkan gadis itu dan
lelaki bijaksana itu. Perpisahan demi masa depan dan demi mencapai asa pun
terjadi. Gadis itu pun berusaha tegar dan mencoba mandiri di tengah
ketidaktahuan dan ke-asingan di daerah yang sangat baru baginya. Cuaca yang
berbeda jauh dari kampung halamannya, makanan yang sedikit berbeda, tak ada
lagi manja dan perhatian dari mereka disaat gadis itu membutuhkannya, tak ada
lagi canda tawa dan kehangatan ketika gadis itu lelah dan memerlukannya
disela-sela kesibukan kuliahnya.
Kini
gadis itu telah beranjak dewasa dan harus membaggakan kedua orang tuanya, gadis
itu harus menjadi orang yang dewasa dan berguna bagi orang tua, agama, bangsa
dan negara. Serta selalu bersikap disiplin, tegas, dan bertanggung jawab sesuai
dengan yang ditanamkan lelaki itu dari sejak gadis itu masih kecil.
Kini
gadis itu sangat menyadari bagaimana sangat sepi nya hidup ini tanpa
nasihat-nasihat dari lelaki itu. Apabila gadis itu pulang ke kampung halaman,
pasti gadis itu selalu mendapatkan lagi nasihat dari kedua orang tuanya. Namun,
jika jauh dari kedua orang tuanya, gadis itu selalu mengingat pesan-pesan serta
nasihat dari kedua orang tuanya itu.
“Dibalik
kesulitan itu pasti ada kemudahan”
“Semua
itu butuh proses, tak ada yang instan di dunia ini”
“Tetap
semangat menjalani hidup ini karena Allah dan orang-orang yang kita cintai”
“Apa
yang didapatkan kita sekarang ini adalah yang terbaik untuk KITA menurut Allah,
maka Syukurilah karena ini adalah jalan terbaik untuk menuju kesuksesan”
“SEMANGAT
dan Selalu TERSENYUM! (Keep Smile and
Keep Hammasah! ) J “
Tulisan ini adalah
persembahanku untuk Lelaki nan Bijaksana →
Ayahku (Drs. Samsuri, M.Si)
-
Iis Aisyaturrodiyah -