Laman

Jumat, 05 Oktober 2012

Seorang Ibu yang Sangat Mulia


Disela-sela perjalananku menuju medan juang menuju bumi siliwangi. Ku temukan seorang ibu nan mulia yang ku persilahkan duduk menemaniku dalam perjalananku. Beliau adalah seorang janda pensiunan TNI. Ia menghidupkan ketiga anaknya dengan susah payah. Walaupun ia harus membesarkan ketiga anaknya sendiri, ia tetap semangat dan tabah serta tawakal kepada Allah. Ketiga anaknya sekarang sudah berkeluarga. Ketiga anaknya pula sudah lulus kuliah dan bekerja, anak yang pertama kuliah di ITB, yang kedua di UNPAD, dan yang ketiga di UPI. Anak beliau yang ketiga itu adalah lulusan UPI jurusan matematika dengan memperoleh beasiswa. Dan sekarang anak beliau yang ketiga itu mengajar di salah satu sekolah di Bekasi. Dan anak beliau itu tinggal di daerah Rawalumbu jembatan 1. Beliau mempunyai cucu 5 orang, ada yang masih SD dan SMP di salah satu sekolah swasta bergengsi di daerah Bekasi, dan cucu yang tertua duduk di bangku SMA, ada pula cucunya yang menimba ilmu di salah satu pesantren di daerah Soreang. Di rumah beliau pun ada anak pak kiai dari pesantren yang sedang menuntut ilmunya di tempat yang sama seperti ku. Namun, anak itu telah semester 5 dan di jurusan bahasa Arab. Sekarang beliau ditemani oleh anak pak kiai tersebut di rumahnya. Itulah info yang ku terima dari beliau.

            Disepanjang jalan menuju kota kembang ini, aku berbincang-bincang dengannya. Beliau menasihatiku agar aku belajar dengan sungguh-sungguh dengan apa yang akan aku lakukan di medan juang ini. Beliau juga menesihatiku agar bersyukur dengan apa yang telah ku dapatkan disini. Beliau berpesan agar aku bersungguh-sungguh dalam belajar dan dapat membanggakan orang tua. Ibu itu selalu mengingatkan ku untuk berdzikir, bersabar, berusaha, dan bertawakal kepada Allah.

            Beliau pun mengajak ku untuk tidak turun di terminal yang biasanya ku turuni. Ia mengajakku untuk turun di daerah selepas pintu tol Pasir Koja. Beliau memperlakukanku seperti cucunya sendiri. Ia menunggu ku turun dari bus, dan membimbingku untuk menaiki angkutan yang harus ku naiki agar aku sampai ke tempat tujuan. Beliau selalu menunggu ku ketika turun dari angkutan dan mengajarkanku banyak hal. Ia menasihati ku agar hati-hati dalam bertindak. Dan aku pasti kan bisa berhasil jika ku berusaha.

 Ditengah perjalananku ada seorang anak jalanan yang mengamen ke dalam angkutan yang ku tumpangi, namun aku sangat sedih melihat ia disuruh oleh seorang orang dewasa yang masih gagah dan ia lansung memberikan uang itu kepada orang dewasa tersebut. Dan akhirnya ibu tua nan mulia itu berceloteh kepada ku, “lihat nak, itu orang dewasa yang diberikan uang kepada anak jalanan tadi itu keadaannya masih segar bugar ya. Entah itu ibunya atau seseorang yang hanya ingin mementingkan dirinya sendiri”. Aku pun merenung sejenak dan berfikir, “mengapa di negara yang kaya ini masih saja ada anak yang banting tulang di jalanan nan ramai itu untuk mencari sesuap nasi?” dan di hatiku pun terbersit,”apakah anak itu masih bersekolah? Apakah ia rela menjalankan itu semua? Ataukah ia hanya dipaksa oleh orang tuanya?”. Sungguh ironisnya negeri kaya ini. Namun, masih banyak anak penerus bangsa yang terlantar.

Tidak lama kemudian pun ibu itu sampai ke tempat tujuannya di daerah Sukajadi. Dan pesan dia terakhir adalah hati-hati di jalan ya. Nanti turun di sukajadi yang daerahnya banyak angkutan menuju lembang. Dan aku pun berpisah dengan ibu nan mulia itu. Beliau pun membayarkan ongkos ankutan aku selama perjalanan naik angkutan itu.

Janganlah menyerah dengan keadaan, kita harus berusaha dengan sekuat tenaga dan berserah diri kepada Allah. Serahkan semuanya kepada Allah.