Disela-sela
perjalananku menuju medan juang menuju bumi siliwangi. Ku temukan seorang ibu
nan mulia yang ku persilahkan duduk menemaniku dalam perjalananku. Beliau
adalah seorang janda pensiunan TNI. Ia menghidupkan ketiga anaknya dengan susah
payah. Walaupun ia harus membesarkan ketiga anaknya sendiri, ia tetap semangat
dan tabah serta tawakal kepada Allah. Ketiga anaknya sekarang sudah
berkeluarga. Ketiga anaknya pula sudah lulus kuliah dan bekerja, anak yang
pertama kuliah di ITB, yang kedua di UNPAD, dan yang ketiga di UPI. Anak beliau
yang ketiga itu adalah lulusan UPI jurusan matematika dengan memperoleh
beasiswa. Dan sekarang anak beliau yang ketiga itu mengajar di salah satu
sekolah di Bekasi. Dan anak beliau itu tinggal di daerah Rawalumbu jembatan 1. Beliau
mempunyai cucu 5 orang, ada yang masih SD dan SMP di salah satu sekolah swasta
bergengsi di daerah Bekasi, dan cucu yang tertua duduk di bangku SMA, ada pula
cucunya yang menimba ilmu di salah satu pesantren di daerah Soreang. Di rumah
beliau pun ada anak pak kiai dari pesantren yang sedang menuntut ilmunya di
tempat yang sama seperti ku. Namun, anak itu telah semester 5 dan di jurusan
bahasa Arab. Sekarang beliau ditemani oleh anak pak kiai tersebut di rumahnya. Itulah
info yang ku terima dari beliau.
Disepanjang jalan menuju kota
kembang ini, aku berbincang-bincang dengannya. Beliau menasihatiku agar aku
belajar dengan sungguh-sungguh dengan apa yang akan aku lakukan di medan juang
ini. Beliau juga menesihatiku agar bersyukur dengan apa yang telah ku dapatkan
disini. Beliau berpesan agar aku bersungguh-sungguh dalam belajar dan dapat
membanggakan orang tua. Ibu itu selalu mengingatkan ku untuk berdzikir,
bersabar, berusaha, dan bertawakal kepada Allah.
Beliau pun mengajak ku untuk tidak
turun di terminal yang biasanya ku turuni. Ia mengajakku untuk turun di daerah
selepas pintu tol Pasir Koja. Beliau memperlakukanku seperti cucunya sendiri.
Ia menunggu ku turun dari bus, dan membimbingku untuk menaiki angkutan yang
harus ku naiki agar aku sampai ke tempat tujuan. Beliau selalu menunggu ku
ketika turun dari angkutan dan mengajarkanku banyak hal. Ia menasihati ku agar
hati-hati dalam bertindak. Dan aku pasti kan bisa berhasil jika ku berusaha.
Ditengah perjalananku
ada seorang anak jalanan yang mengamen ke dalam angkutan yang ku tumpangi,
namun aku sangat sedih melihat ia disuruh oleh seorang orang dewasa yang masih
gagah dan ia lansung memberikan uang itu kepada orang dewasa tersebut. Dan
akhirnya ibu tua nan mulia itu berceloteh kepada ku, “lihat nak, itu orang
dewasa yang diberikan uang kepada anak jalanan tadi itu keadaannya masih segar
bugar ya. Entah itu ibunya atau seseorang yang hanya ingin mementingkan dirinya
sendiri”. Aku pun merenung sejenak dan berfikir, “mengapa di negara yang kaya
ini masih saja ada anak yang banting tulang di jalanan nan ramai itu untuk
mencari sesuap nasi?” dan di hatiku pun terbersit,”apakah anak itu masih
bersekolah? Apakah ia rela menjalankan itu semua? Ataukah ia hanya dipaksa oleh
orang tuanya?”. Sungguh ironisnya negeri kaya ini. Namun, masih banyak anak
penerus bangsa yang terlantar.
Tidak lama kemudian pun ibu itu sampai ke tempat tujuannya di
daerah Sukajadi. Dan pesan dia terakhir adalah hati-hati di jalan ya. Nanti
turun di sukajadi yang daerahnya banyak angkutan menuju lembang. Dan aku pun
berpisah dengan ibu nan mulia itu. Beliau pun membayarkan ongkos ankutan aku
selama perjalanan naik angkutan itu.
Janganlah menyerah dengan keadaan, kita harus berusaha dengan
sekuat tenaga dan berserah diri kepada Allah. Serahkan semuanya kepada Allah.